Selasa, 11 Januari 2011

Sejarah Filsafat I

Konon, orang yg mula mula sekali menggunakan akal secara serius adlah orang Yunani yang bernama Thales(kira-kira tahun 624-546). Orang inilah yang digelari bapak Filsafat. Gelar itu diberikan kepadanya karena ia mengajukan pertanyaan yang aneh, yaitu : apakah sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia sendiri menjawab: air. Setelah itu silih bergantilah filosof sezamannya dan sesudahnya mengajukan jawabannya. Semakin lama persoalan yang dipikirkan oleh manusia semakin luas, dan semakin rumit pula pemecahannya.

Buah pikiran yaitu hasil kerja akal yang mulai mengagetkan manusia awam barangkali pertama kali dilontarkan oleh Heraclitus(Heracleitus) yang hidup pada sekitar tahun 500-an SM, yaitu tatkala ia berkata bahwa sesungguhnya yang sungguh sungguh ada, yang hakikat, ialah gerak dan perubahan. Jadi bila orang awam melihat sebuah patung dini hari yang diam, sesungguhnya patung itu bergerak dan berubah terus; demikian heraclitus. Indera kitalah yang tertipu atau menipu. Kemudian filosof lain, orang Yunani juga , berhasil menyusun argumentasi untuk membuktikan sebaliknya: yang hakikat, yang sungguh sungguh ada ialah diam, tetap, tak berubah, tak bergerak. Kalau kita melihat anak panah yang meluncur dari busurnya - jadi bergerak  - sesungguhnya anak panah itu dapat dibuktikan oleh Parmanides tidak bergerak alias diam.

Cerita singkat diatas telah memperlihatkan bahwa karya akal memang cukup hebat. Keadaan itu dibuat semakin ramai oleh kemunculan orang yang bernama Zeno, juga orang Yunani, yang lahir pada kira-kira tahun 490SM. Kemunculannya barangkali  dapat dianggap menandai mulainya pemikiran sofisme. Ia berhasil membuktikan bahwa ruang kosong itu tidak ada; pluralitas(jamak) itu juga tidak ada; gerak tidak ada. Jadi semua yang mapan dalam pandangan orang awam ketika itu menjadi goyah. Inilah salah satu karga akal yang hebat itu: kebimbangan

Puncak kebingungan itu terlihat pada tokoh sufisme terbesar, yaitu Protagoras. Ia menyatakan bahwa manusia adalah ukuran segala-galanya. Nah, inilah dia rumus utama relativisme. Kebenaran telah direlatifkan. Yang benar ialah yang benar menurutku, menurutmu; kebenaran obyektif tidak ada. Sialnya, pemikiran relativimisme ini berpengaruh pula pada keyakinan agama orang Athena ketika itu, apa jadinya? jadinya tidak ada kebenaran yang pasti tentang pengetahuan. tentang etika, metafisika, juga tentang agama. Sekali lagi, inilah hasil karya akal yang hebat itu. Lantas akibatnya lebih jauh, yaitu orang Athena ketika itu, terutama pemudanya, menjadi orang bingung, tanpa pegangan: sendi-sendi agama telah digoyahkan , dasar-dasar pengetahuan telah diguncangkan. Oleh siapa? Oleh pemikiran dan oleh Akal...